Polemik Jokowi & Firaun: Ada Firaun Bikin Sejahtera Rakyatnya

Polemik Jokowi & Firaun: Ada Firaun Bikin Sejahtera Rakyatnya

Polemik Jokowi & Firaun: Ada Firaun Bikin Sejahtera Rakyatnya

tribun-nasional.comJakarta, CNBC Indonesia – Viral potongan video ceramah budayawan Emha Ainun Najib alias Cak Nun di media sosial. Dalam video tersebut, Cak Nun menyebut Jokowi sebagai Firaun dan Luhut Binsar Panjatan sebagai Haman.

“Karena Indonesia dikuasai oleh Firaun yang namanya Jokowi, oleh Qorun yang namanya Anthony Salim dan 10 naga. Terus Haman yang namanya Luhut,” katanya.

Ucapan ini menuai reaksi keras dari banyak pihak. Mereka pasang badan dan tak ingin Jokowi disamakan dengan Firaun yang dipandang punya rekam jejak buruk. Ali Ngabalin, misalkan, tidak terima Jokowi disamakan dengan Firaun dan mematahkan ucapan Cak Nun itu.

Sebetulnya, dari sudut pandang sejarah permasalahan ini hanyalah miskonsepsi atau kesalahpahaman semata dan penyempitan persepsi. Perlu dipahami, Firaun bukanlah nama dari seorang raja, melainkan sebutan atau gelar yang disematkan kepada tiap raja Mesir Kuno. Kerajaan Mesir Kuno sendiri sudah berdiri ribuan tahun, yakni sejak tahun 3150 SM sampai 31 SM. Sepanjang itu, tercatat ada ribuan raja yang disebut juga Firaun, yang memerintah dengan beragam nama.

Jadi, penguasa Mesir Kuno atau Firaun tidak hanya satu. Karena ini juga tidak semua Firaun memiliki rekam jejak buruk. Pandangan negatif terhadap Firaun diakibatkan oleh catatan kegagalan dan kejahatan penguasa Mesir Kuno selama memerintah. Dua di antaranya yang terkenal adalah Khufu dan Ramses II.

Khufu memerintah dari tahun 2589 SM sampai 2566 SM. Salah satu bukti dari keberadaan Khufu adalah pembangunan piramida yang dibangun dari jerih-payah para budak. Para budak ini bekerja secara paksa atas perintah Sang Raja. Oleh karena itu, dilansir Britannica, pemerintahan Khufu digambarkan oleh sejarawan Yunani, Herodotus, sebagai rezim penindas yang membuat rakyat sengsara.

Selain Khufu, ada pula Ramses II (berkuasa, 1279-1213 SM). Barangkali, Ramses II inilah yang membuat jelek nama seluruh Firaun sepanjang masa. Cerita bermula ketika muncul kisah tentang pengejaran Nabi Musa oleh Firaun. Dari sini upaya pencarian sosok Firaun itu dilakukan dan berhasil ditemukan berdasarkan analisis panjang.

Dilansir National Geographic, para ahli sepakat kalau sosok Firaun itu adalah Ramses II. Temuan ini didasarkan pada luasnya kekuasaan dan rentang waktu berkuasa Ramses II. Sekaligus juga ada bukti kalau Ramses II itu pernah melakukan serangan besar ke Yordania, tempat Nabi Musa tinggal. Meski demikian, penemuan ini pun masih menjadi misteri karena kisah-kisah tersebut pada dasarnya kental akan nuansa religius yang jika disandingkan dengan fakta sejarah akan sulit mencapai titik temu.

Disamping dua Firaun itu, ada pula Firaun yang punya rekam jejak baik. Malah, lebih banyak yang baik dibanding yang buruk. Secara garis besar, mereka berhasil membuat Kerajaan Mesir Kuno berjaya dan terpandang di masanya. Secara logika, tidak mungkin Mesir Kuno berhasil membangun peradaban besar tanpa adanya tangan-tangan hebat dari penguasa. Sebagai contoh, inilah dua kisahnya.

Kisah pertama datang dari Firaun Senusret III atau Sesotris III (berkuasa, 1878-1839 SM). Dalam catatan James Henry Breasted dalam Ancient Record of Egypt (2001), dia dikenal sebagai penguasa Mesir Kuno termahsyur. Tercatat dia melakukan reformasi birokrasi dengan memperkuat pemerintahan pusat dan mengurangi kekuasaan dan pengaruh bangsawan feodal. Dia juga melakukan sistem yang kini disebut desentralisasi, yakni membagi Mesir ke dalam empat distrik besar agar pembangunan merata.

Tak hanya itu, buku The Epic Of the Suez Canal: From the Pharaoh to the 21st Century (2018) menyebut kalau Senusret III sebagai perintis ide penyatuan Laut Merah dan Laut Mediterania. Penyatuan ide direalisasikan dengan banyak membangun kanal yang menjadi cikal bakal Terusan Suez. Pembangunan kanal-kanal ini terbukti mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan penduduk Mesir Kuno.

Senustret III juga tercatat sebagai ahli pertempuran. Di masanya, dia menjajah daerah Nubia yang memiliki keuntungan ekonomi luar biasa. Penguasaan atas Nubia membuatnya dapat memulai berbagai proyek pembangunan, termasuk kanal-kanal.

Masih mengutip buku James Henry Breasted, ada pula Thutmose III (berkuasa, 1479 – 1425 SM). Di tangan Thutmose III Mesir Kuno dikenal sukses melakukan invasi ke wilayah lain, salah satunya Suriah. Berkat kepiawaiannya membenahi militer, bala tentara Mesir Kuno semakin digdaya. Keberhasilan inilah yang membuat wilayah kekuasaan Mesir Kuno semakin luas.

Sebagai catatan, apa yang dilakukan Firaun, seperti menginvasi wilayah lain atau sistem feodalisme, adalah hal wajar saat itu. Kita juga harus memahami kalau tidak bisa melihat peristiwa sejarah berdasarkan kacamata masa kini. Jadi, tak semua Firaun identik dengan suatu yang tak baik atau jahat.