Usai batalkan perjanjian pangan, Rusia hujani Ukraina dengan rudal

Usai batalkan perjanjian pangan, Rusia hujani Ukraina dengan rudal

tribun-nasional.com – Pemerintah Ukraina melaporkan rudal-rudal Rusia menghantam negara itu pada Senin, setelah Moskow menarik diri dari perjanjian yang mengizinkan pengiriman bahan pangan dari pelabuhan-pelabuhan Ukraina.

“Rentetan serangan rudal Rusia menghantam infrastruktur penting Ukraina. Bukannya berperang di medan tempur, Rusia malah memerangi warga sipil,” kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba.

“Jangan membuat pembenaran dengan serangan ini dengan menyebutnya sebagai pembalasan. Rusia melakukan ini karena mereka masih memiliki rudal dan niat untuk membunuh warga Ukraina.”

Juru bicara Kemlu Ukraina Oleg Nikolenko mengatakan rudal-rudal tersebut telah mengenai infrastruktur energi di Kiev dan kota-kota lain, sehingga aliran listrik dan air terputus.

“Rusia tidak tertarik dengan pembicaraan damai, juga ketahanan pangan global. Tujuan Putin hanyalah kematian dan kehancuran.”

Rusia dan Ukraina adalah pengekspor pangan terbesar di dunia. Blokade Rusia terhadap pengiriman biji-bijian Ukraina memicu krisis pangan global awal tahun ini.

Perjanjian yang ditengahi PBB dan Turki pada Juli memungkinkan bahan pangan dari Ukraina dapat kembali dikirim ke negara-negara yang membutuhkannya.

Moskow baru-baru ini menuduh Ukraina atas serangan pesawat nirawak (drone) terhadap Armada Laut Hitam mereka di sebuah pelabuhan Krimea. Rusia kemudian menarik diri dari perjanjian tersebut.

Ukraina tidak membenarkan atau membantah kabar mereka berada di balik serangan itu.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuding Rusia mengancam dunia dengan kelaparan setelah menarik diri dari perjanjian ekspor pangan.

Beberapa kapal pengangkut telah tertahan, salah satunya membawa puluhan ribu ton gandum, yang disewa Program Pangan Dunia PBB untuk mengatasi kerawanan pangan di Tanduk Afrika, kata Zelenskyy dalam pidato malamnya.

Kementerian Infrastruktur Ukraina mengatakan sebanyak 218 kapal tidak bisa berlayar. Tak satu pun kapal beroperasi pada Minggu.

PBB mengatakan pihaknya telah menyepakati rencana peralihan dengan Turki dan Ukraina pada Senin agar 16 kapal di Laut Hitam bisa mengangkut biji-bijian.

Belum ada tanggapan dari Rusia, meski PBB mengatakan bahwa Moskow telah diberi tahu tentang rencana itu.

Menanggapi penarikan diri Rusia dari perjanjian tersebut, Presiden AS Joe Biden pada Sabtu menyebut langkah Rusia itu “benar-benar keterlaluan”.

Dia mengatakan langkah itu akan meningkatkan bencana kelaparan.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menuduh Moskow menjadikan pangan sebagai senjata.

Duta Besar Rusia di Washington pada Minggu menyerang balik dengan mengatakan bahwa respons AS “keterlaluan” dan AS membuat pernyataan palsu tentang langkah Moskow.

Sumber: Reuters