tribun-nasional.com – JAKARTA, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menyatakan salah satu penyebab pasokan Minyakita langka karena ekspor minyak sawit mentah atau Crude Pal Oil (CPO) sedang turun.
Menurut Ketua umum DPP Apkasindo, Gulat Manurung, ekspor CPO yang menurun turut mempengaruhi pasokan minyak goreng curah di pasaran termasuk Minyakita, karena kurangnya pasokan Domestic Market Obligation (DMO).
Dia menjelaskan, saat ini negara-negara di benua Eropa penghasil minyak nabati (selain CPO) sedang panen besar. Mereka bahkan memberikan diskon kepada beberapa negara yang membutuhkan minyak mereka.
“Nah ini yang mengakibatkan harga minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) tidak jauh berbeda, tentu mereka akan menggunakan minyak dalam negerinya,” ujarGulat dalam keterangan resminya melalui akun Youtube Apkasindo, Kamis (9/2/2023).
Dia menjelaskan, bahwasanya antara DMO atau wajib pasok dengan ekspor itu merupakan dua hal yang berbeda namun tidak bisa dipisahkan. Bagaimana seorang eksportir bisa mamasok DMO jika ekspornya tidak jalan atau sedikit. Itu mengakibatkan turunnya stok DMO di domestik.
Menurut Gulat, sebenarnya pemerintah tak perlu menaikkan DMO menjadi 450 ribu ton dari semula 300 ribu ton per bulan. Sebab, pada dasarnya kebutuhan minyak goreng yang dikonsumsi masyarakat Indonesia per bulan hanya 300 ribu ton.
Kata dia, kekurangan ini disebabkan karena banyak masyarakat yang beralih dari membeli awalnya minyak goreng premium ke Minyakita yang harganya lebih murah dan berkualitas.
“Tetapi kok 300 ribu ton per bulan masih kurang. Karena itu tadi peralihan konsumsi minyak premium menjadi minyak kita,” kata Gulat.
Oleh karena itu, lanjutnya, sebaiknya pemerintah memberikan kebijakan tindakan afirmatif guna tujuan tertentu untuk saat ini. Hal itu supaya dapat merangsang eksportir untuk melakukan ekspor. Adapun cara dengan menurunkan bea keluar.
“Affirmation action ini kami anggap semacam perangsang supaya terjadinya ekspor dan pasokan DMO akan kembali normal,” ujar Gulat.
Menurut dia, masalah tersbeut harus diselesaikan tanpa menimbulkan masalah baru. “Sebenarnya cukup sederhana saja diberikan saja kemudahan atau penurunan bea keluar dalam waktu tertentu kepada eksportir itu akan merangsang mereka untuk kembali bergeliat untuk mengekspor. Ini yang kami harapkan,” tutur Gulat.
Editor : Jeanny Aipassa
Follow Berita iNews di Google News