Kisah Korban KSP Sejahtera, Rp 2 M Lenyap Orang Tua Meninggal

Kisah Korban KSP Sejahtera, Rp 2 M Lenyap Orang Tua Meninggal

Kisah Korban KSP Sejahtera, Rp 2 M Lenyap Orang Tua Meninggal

tribun-nasional.com – Kasus gagal bayar koperasi terus memakan korban. Bahkan, dikabarkan ada korban yang sampai sakit dan berujung wafat karena stress miliaran uangnya tak kunjung kembali.

Hal ini dialami oleh salah satu Korban KSP Sejahtera Bersama (KSP-SB) berinisial S. Menurut cerita dari ahli warisnya, Bapak S bergabung dengan Koperasi ini pada tahun 2019, lalu menabung sebanyak total Rp2 miliar.

“Awal pertama 2019 itu ayah bergabung dalam program deposito 1 tahun, itu menyetor Rp1 miliar. Lalu ayah masuk lagi di Program deposito 6 bulan sebanyak Rp1 miliar. Jadi totalnya 2 miliar,” kata ahli waris S yang tidak ingin disebut namanya kepada CNBC Indonesia, Rabu, (8/2/2023).

Lalu, kasus gagal bayar mulai melilit KSP Sejahtera Bersama pada April tahun 2020. KSP Sejahtera Bersama menguarkan Surat Edaran yang dikeluarkan jajaran pengurus dan pengawasnya secara sepihak.

“KSP-SB memutuskan tidak menerima pencairan mulai dari 20 April 2020-Desember 2020. Dan simpanan jatuh tempo tersebut akan diperpanjang secara otomatis dengan masa simpanan minimal 6 bulan,” bunyi surat edaran tersebut, dikutip dari Lampiran Kronologi kasus.

S pun mencoba berbagai upaya agar uangnya dapat ditarik kembali. Namun, sayang perjuangannya sia-sia. Hingga pada tahun 2021 ia pun jatuh sakit.

“Bulan Januari 2021, ayah terkena komplikasi bocor lambung dan gula darah. Ayah tuh memang punya sakit lambung, tapi sudah sembuh. tapi karena stress kata dokter itu memicu dia langsung kritis, langsung sobek lambungnya,” ungkap anak S.

Saat itu, anak dari S mencoba untuk mencairkan dana tabungan ayahnya di KSP Sejahtera Bersama. Ia mengajukan pencairan sebesar Rp200 juta.

Uang senilai Rp200 juta itu diperlukan untuk biaya pengobatan ayahnya. Namun, dari KSP-SB hanya memberi Rp76 juta.

Nahas, selang beberapa bulan, S pun meninggal tanpa tahu nasib dari sisa uangnya. Pihak Koperasi pun tak berusaha untuk memenuhi uang kematian yang sejak awal dijanjikan.

“Harusnya ada uang kematian kalau sesuai buku penawaran anggota saat pertama kali ditawarin marketing KSP SB. Aku gak tahu angka pastinya, tapi harusnya totalnya Rp100 juta atau Rp200 juta,” ungkap anak pertama S.

Kini, keluarga S yang tersisa tinggal di rumah gubuk dan anak terbesarnya bekerja menjadi pengamen untuk menghidupi keluarganya.

Ia pun berharap, semoga kasus ini tidak berakhir seperti kasus Indosurya yang tersangkanya dibebaskan. Ia juga meminta pemerintah agar bisa membantu mengusut tuntas kasus ini.

“Harapan saya tuh pemerintah melek lah, ya. Apalagi saya dan anggota-anggota tuh pengen ketemu Pak Teten (Menteri Koperasi dan UKM) atau jajarannya aja mereka tuh pada susah,” tutupnya.