Cerita di Balik Kedai Abang Bakso, Andalkan Bakso Wonogiri Tanpa Pengawet

Cerita di Balik Kedai Abang Bakso, Andalkan Bakso Wonogiri Tanpa Pengawet

tribun-nasional.com – Siapa yang tak kenal bakso? Salah satu kuliner Indonesia yang digemari banyak orang.

Alasan inilah yang membuat pelaku usaha melirik bakso sebagai peluang usaha, seperti yang dilakukan Pradityo Aribowo, founder Abang Bakso.

Pria yang akrab disapa Adit ini berbagi kisahnya saat mengawali usaha bakso Wonogiri dengan membuka warung Abang Bakso di Depok.

Adit yang asli Wonogiri mengaku dirinya memulai usaha dengan membuat bakso frozen , yang rupanya banyak diminati.

“Saya asli dari Wonogiri yang khas dengan baksonya. Akhirnya saya jadi ingin belajar dan dimulai dengan membuat bakso frozen. Ternyata diterima baik oleh masyarakat,” ujar Adit saat wawancaranya bersama Kompas.com pada Selasa (17/1/2023).

Setelah mendapat respons yang baik, Adit memberanikan diri untuk mengembangkan usahanya.

Bersama sang Co-Founder, Djauhari Effendi, yang akrab disapa Bejo, Adit membangun kemitraan untuk membuka warung Abang Bakso yang terletak di Cimanggis, Depok.

Bakso Tanpa Pengawet

Adit mengakui, produk baksonya tidak dapat dipajang seperti warung bakso kebanyakan, karena baksonya tidak dapat tahan terlalu lama.

Namun, itulah yang jadi kelebihan produknya menurut Adit.

“Bakso saya itu enggak bisa dipajang. Kalau dipajang, tidak akan kuat. Jadi, memang mengutamakan kualitas tanpa bahan pengawet,” jelas Adit.

Produk Abang Bakso juga diakui Adit sangat memerhatikan komposisi bahan di setiap butir bakso yang diproduksi.

“Dari mengikuti koperasi, saya belajar untuk menyesuaikan modal. Untuk daging memang di sini komposisinya itu 80 banding 20, 80 daging dan 20 tepung. Kalau untuk yang frozen, 70 daging 30 tepung. Saya tidak pernah mengurangi rasa dan komposisinya,” papar Adit.

Hal tersebut pun selalu ditanamkan kepada para pekerjanya yang ikut memproduksi bakso. Adit tidak ingin ada perubahan yang dirasakan konsumen saat mengkonsumsi baksonya.

Untuk proses produksinya sendiri, sampai saat ini proses produksi Abang Bakso masih dilakukan secara homemade oleh 3-4 pekerja sebanyak satu kali setiap minggunya. Produksi harus rutin dilakukan karena biasanya hasil produk frozen yang dibuat akan habis hanya dalam 3-5 hari.

Biasanya, Abang Bakso dapat memproduksi 2.000 sampai 3.000 butir produk bakso yang terdiri dari 1.500 bakso halu, 800 bakso urat, dan 200 tahu bakso dalam satu kali proses.

Bakso-bakso tersebut akan di-packing rapat dan masuk ke dalam freezer sebelum dipasarkan.

Adit menegaskan, produk bakso frozennya tersebut juga aman dari pengawet, sehingga belum dapat dikirim ke tempat yang terlalu jauh. Maksimal produk baksonya dapat bertahan selama tiga hari.

Kontrol Warung dan Menjaga Kualitas Produk Penting Dilakukan

Untuk menjaga kualitas baksonya, kontrol produk dan warung menurut Adit sangat penting dan selalu dijaga olehnya.

“Untuk kontrol warung, saya selalu melihat dari kontrol para pegawai yang jaga untuk evaluasi. Saya selalu kontrol setiap meja, saya tanyakan apa yang tidak habis dimakan konsumen, apakah baksonya atau kuahnya,” ungkap Adit.

Begitu pun dengan produk frozennya yang juga selalu dijaga kualitasnya.

“Kalau untuk yang frozen, saya selalu lihat chat dan review dari konsumen. Jadi saya menilai itu untuk berkembang. Jangan takut dikritik dan diberi saran, karena itu akan membantu kita maju,” tutur Adit.

Selama tiga bulan berjalan, warung Abang Bakso juga memasukkan produk tambahan seperti dimsum frozen yang diproduksi oleh istri Adit.

Justru dari usaha dimsum sang istri yang sudah berjalan enam tahun, Adit terinspirasi untuk mengembangkan bisnis tambahan yang berbeda.

Saat ini, Abang Bakso sudah memasarkan produknya tidak hanya secara offline di warung makan, tapi juga menggunakan platform marketplace dan e-commerce.

Pengirimannya pun sudah ke beberapa daerah, bahkan hingga luar Jawa, salah satunya ke Bangka Belitung.

Bagi Adit, usahanya ini masih dalam proses berkembang. Ia selalu meyakini, bahwa seorang pengusaha tidak boleh takut untuk memulai dan rugi.

Ia berharap, hal ini juga dapat diterapkan oleh orang-orang di luar sana yang ingin memulai bisnis, khususnya bisnis kuliner .

“Jangan pernah takut untuk rugi, gagal, dan berinovasi. Itu saja sih untuk saya. Karena zaman sekarang, ada yang punya modal sekian, tapi takut memulai usaha karena ragu laku atau tidak, dari awal sudah berorientasi maunya harus untung, padahal kan semua itu proses,” tutur Adit.

Seiring kemajuannya, bisnis Abang Bakso mulai mengembangkan model bisnisnya agar brand mereka melebarkan sayap. Salah satunya dengan menerapkan sistem kemitraan dan franchise.

Promosikan UMKM Anda dengan beriklan di jaringan Kompas Gramedia lewat . Konsultasikan strategi iklan bisnis Anda bersama tim sales sekarang.